Ekologi pada
mulanya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia sejak pertama
kali dia hidup didunia. Namun, munculnya istilah ekologi berdasarkan prakarsa
biolog Jerman yang memperkenalkan istilah ekologi adalah Ernest Haeckel (1834 –
1919) pada tahun 1860.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “oikos”
yang berarti rumah, tempat tinggal, habitat dan “logos” yang berarti ilmu.
Secara harfiah ekologi adalah ilmu tentang mahkluk hidup dalam rumahnya, atau
dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup. Banyak
yeng mendifinisikan ekologi, menurut Kendeiihgh (1980) ekologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan yang
lainnya. Di dalam Webmaster Unabridged Dictionary, ekologi disebut sebagai
totalitas atau pola hubungan antara organisme-organisme dengan lingkungannya.
Lingkungan di sini adalah gabungan dari komponen fisik maupun hayati yang
berpengaruh terhadap kehidupan organisme.Menuru Miller (1975), ekologi adalah
ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan
lingkungan tempat tinggalnya dan menurut
Odum, (1971) ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi
ekosistem. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan atau susunan dari sistem
ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk
kepadatan/kerapatan, biomassa, penyebaran potensi unsur-unsur hara, energi,
faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menberi karakteristik kondisi sistem
tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan
peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi atau ekosistem. Jadi pokok
utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
Ekologi
berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan
(peradaban) manusia, seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang
berbagai hal berikut : bagaimana alam bekerja, bagaimana proses adaptasi dapat
berlangsung, apa yang diperlukan oelh organisme dan apa pula yang
dihasilkannya, bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya, dan
bagaimana individu-individu dalam spesies diatur sebagai populasi serta
bagaimana pula eksotisme yang dimuculkan.
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup meliputi komponen
abiotik dan biotik yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan
menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi
kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme. Maka keberadaan komponen-komponen
tersebut ada yang senatiasa tersedia dan ada yang terbatas. Seperti populasi
beberapa jenis flora ataupun fauna (biotik) yang akhir-akhir ini punah dan
sinar udara (abiotik) yang senantiasa tersedia.
Keterbatasan
Ekologi
Planet bumi
yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang biak
memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Dalam perkembanganya pada organisme mengalami seleksi alam, misalnya
telur ikan yang beribu-ribu itu dari induknya, yang dapat hidup terus hingga
dewasa hanya beberapa ekor saja.
Skema
representasi dari angka kematian ikan laut. Hanya beberapa ikan yang bertahan
hingga dewasa dari ribuan telur. Begitu juga tiram, binatang laut ini dapat
menghasilkan 500 milion telur sekali bertelur. Jika semua telur-telur itu
berkembang menjadi tiram-tiram dewasa dan semua keturunannya hidup, maka
sesudah generasi keempat kita dapat menemukan tumpukan tiram-tiram seluas bumi
selama 8 tahun. Demikian pula tumbuhan mempunyai kemampuan berkembang biak
secara cepat jika spora-spora atau biji-biji yang disebarkan tumbuh semua
menjadi dewasa, maka populasi tumbuhan akan naik luar biasa. Demikianlah
seleksi alam selalu terjadi.
Semua hewan
dan tumbuhan cenderung untuk tumbuh bereproduksi dan mati, sampai dikurangi
oleh pengaruh lingkungan, faktor yang mula-mula menghentikan pertumbuhan dan
penyebaran dari organisme disebut faktor pembatas. Hal ini terjadi pada makhluk
hidup, sedangkan pada lingkungan hidup secara luas mempunyai keterbatasan.
Lahan pertanian yang tadinya subur karena diolah terus menerus, maka
kesuburannya menjadi berkurang. Apabila pada lahan tersebut penduduknya
bertambah, maka “beban”nya menjadi bertambah pula karena dipacu untuk
memproduksi melebihi kapasitasnya dengan cara diberi pupuk dan sebagainya.
Sebagai akibat dari hal tersebut maka lahan itu mengalami penurunan kemampuan
produksi ataupun yang disebut dengan deteriorasi lingkungan. Kondisi lingkungan
yang dalam keadaan produktifitasnya optimal dan seimbang secara ekologi
dikatakan dalam kodisi homeostatis. Deteriorasi lingkungan salah satunya
ditandai oleh pemulihan produktifitas yang berjalan lambat.
Sebagai contoh digambarkan oleh Hagget (1983) pada
petani sistem ladang berpindah yang tanah kurang subur dan daerahnya luas
dengan penduduk jarang. Pada gambar 1 dan 2 berikut dijelaskan hubungan tingkat
kesuburan tanah dengan waktu.
Apabila jumlah penduduk bertambah banyak, maka waktu
pemulihan kesuburan lahan menjadi pendek sehingga kesuburannya belum pulih
lahan mulai ditanami lagi. Sebagai akibatnya maka kesuburannya akan semakin
merosot. Hal ini juga terjadi pada lahan daerah yang seharusnya kemampuan
ditanami padi 1 tahun sekali dipacu untuk panen sattu tahun menjadi dua kali
dengan berbagai cara akibatnya kesuburan lahan cepat menurun.Upaya pelesterian
lingkungan hidup sangat penting untuk dilakukan. Pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam proses pembangunan itu tentu
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
Pembangunan
tidak saja mendatangkan manfaat, tatapi juga membawa resiko kerusakan
lingkungan. Kita melihat di sekitar kita misalnya hutan diubah menjadi lahan sawah
untuk memproduksi bahan makanan, dengan perubahan lahan hutan menjadi lahan
sawah ini akan menggangu keseimbangan ekologi. Sungai kita bendung untuk
mendapatkan manfaat listrik, bertambahnya saluran irigasi, dan terkendalinya
banjir. Resikonya ialah tergusurnya kampung dan sawah penduduk setempat, dan
punahnya jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Kayu di hutan kita tebang, devisa
dari ekspor kayu kita dapatkan, sebaliknya kita menghadapi resiko kepunahan
hewan dan tumbuhan, bertambahnya erosi tanah, rusaknya tata air, dan terjadinya
hutan alang-alang. Sarana transportasi kita tambah, hubungan satu tempat ke
tempat lain menjadi mudah, tetapi resikonya pencemaran udara dan kebisingan,
serta kecelakaan lalu lintas.
Seperti
contoh pada gambar di atas, gambar waduk menggusur petani yang hidup di lembah
sungai yang dibendung. Sementara itu manfaat listrik masih banyak melampaui
mereka dan belum menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka .Akibatnya tekanan
penduduk terhadap lahan meningkat. Hutan rusak, erosi dan pedangkalan waduk
dipercepat.
Komunitas,
Niche dan Suksesi
Komunitas
adalah kumpulan populasi organisme yang hidup secara bersama di dalam suatu
lingkungan. Contoh, Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara dan pohon birch
adalah beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan. Ekologi mempelajari
peranan masing-masing spesies yang berbeda di dalam komunitas mereka. Mereka
juga mempelajari tipe komunitas lain dan bagaimana mereka berubah. Beberapa
komunitas seperti hutan yang terisolasi atau padang rumput dapat diidentifikasi
secara mudah, sementara yang lainnya sangat sulit untuk dipastikan berdasarkan
metode-metode ilmiah.
Sebuah komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang yang
mencakup wilayah yang sangat luas disebut biome. Batas-batas biome yang berbeda
pada umumnya ditentukan oleh iklim. Biome yang utama termasuk diantaranya
padang pasir, hutan, tundra, dan beberapa tipe biome air
Peran suatu
spesies di dalam komunitasnya disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran
ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam
lingkungannya, termasuk diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang
dimakan atau apa yang digunakan untuk energi, predator yang memangsa, jumlah
panas, cahaya atau kelembaban udara yang dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat
direproduksi.
Banyak
ekolog memiliki catatan yang panjang tentang beberapa spesies yang menempati
peran ekologi tinggi tertentu dalam komunitas tertentu.Berbagai penjelasan
banyak yang diusulkan untuk hal ini. Beberapa ahli ekologi merasa bahwa hal ini
disebabkan karena kompetisi jika dua spesies mencoba untuk mengisi peran
ekologi "niche" yang sama, selanjutnya kompetisi untuk membatasi
berbagai sumber daya akan menekan salah satu spesies keluar. Ahli lainnya
berpendapat bahwa sebuah spesies yang menempati peran ekologi yang tinggi,
melakukannya karena tuntutan fisik yang keras tentang peran tertentu tersebut
di dalam komunitas. Dengan kata lain hanya satu spesies yang menempati peran
ekologi "niche" bukan karena memenangkan kompetisi dengan spesies
lainnya, tetapi karena hanya satu-satunya anggota komunitas yang memiliki
kemampuan fisik memainkan peran tersebut.
Perubahan
komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa
urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni
dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat .
Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan
tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas.
Selanjutnya karena jumlah dan jenis spesies berubah, maka karakteristik fisik
dan kimia dari wilayah mengalami perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut bisa
mencapai kondisi yang relatip stabil atau disebut komunitas klimaks, yang bisa
berakhir hingga ratusan bahkan ribuan tahun.
Para ahli
ekologi membedakan dua tipe suksesi yakni primer dan sekunder. Di dalam suksesi
primer organisme mulai menempati wilayah baru yang belum ada kehidupan seperti
sebuah pulau baru yang terbentuk karena letusan gunung berapi. Sebagai contoh
anak Krakatau yang terbentuk sejak 1928 kini telah dihuni oleh puluhan spesies.
Suksesi
sekunder terjadi setelah komunitas yang ada menderita gangguan yang besar
sebagai contoh sebuah komunitas klimaks (stabil) hancur karena terjadinya
kebakaran hutan. Komunitas padang rumput dan bunga liar akan tumbuh pertama
kali. Selanjutnya diikuti oleh tumbuhan semak-semak. Terakhir pohon-pohonan
baru muncul kembali dan wilayah tersebut akan kembali menjadi hutan hingga
gangguan muncul kembali. Dengan demikian kekuatan-kekuatan alam yang terakhir
menyebabkan terjadinya komunitas klimaks (stabil). Sebagai tambahan para ahli
ekologi memandang kebakaran dan gangguan alam besar lainnya sebagai hal yang
dapat diterima dan tetap diharapkan.
0 komentar:
Posting Komentar